Cerita Pendek Diary Lail

Semua kisah ini bermula di taman hijau perkotaan, pertemuan dengan kedua insan ini dilakukan dengan tak terduga.

Lail gadis berusia 17 tahun ini dipertemukan dengan ayah kandungnya, pertemuan itu sangat miris. Bukan bahagia ataupun bercucuran air mata namun sebaliknya. 

Mereka berdua saling bertatapan sinis, kebencian nampak di raut wajah Lail, sedangkan ayahnya juga demikian. 

Meskipun begitu, Ayahnya dengan santai menyalakan korek api, membakar gulungan putih itu, bernapas menghasilkan gas berwarna putih, berbaur di udara. Ia sedang menikmati udara segar di wilayah ini. 

"Apa kabar Lail?" Ia bangkit dari duduknya, menemui Lail yang sedang naik pitam. 

"Rupanya kau sudah dewasa. " Tangannya memegang pundak Lali. Namun, Lail menolak mentah-mentah, membanting tangan ayahnya. 

"Lepasin!" Lail membentak, Ayahnya hanya tertawa kecil. 

"Kau mirip ibumu, manis sekali" 

Lail hanya terdiam. 

Setelah 10 tahun berpisah, Lail memang tidak bertemu ayahnya, bahkan batang hidungnya tidak pernah kelihatan.

Ia sangat membenci ayahnya, lantaran ayahnya telah meninggalkan ibunya, beralih menikmati wanita-wanita baru yang ia temui.

Lail dan ayahnya dulu adalah seorang keluarga bahagia, mereka bersikap seperti anak dan ayah secara wajar, namun Lail tidak pernah melupakan kejadian bertahun-tahun itu. 

Di mata Lail ayahnya adalah pria hebat, penuh kerja keras, mempunyai sifat dominan, layak menjadi pemimpin. 

Seorang figur teladan bagi Lail

Namun itu dulu, sebelum ia gagal daftar menjadi walikota daerah. 

Pasca pengalaman pahit itu, ayahnya menjadi berubah, ia lebih suka main tangan, sering memukuli ibunya, Lail juga kadang melihat, ketika pulang sekolah, wajah lebam memenuhi paras ibunya. 

Sekarang, ia menjadi bos mafia. Orang yang sangat ditakuti di wilayah ini, dikenal dengan sikapnya yang pro pemerintah, membuat ayahnya menjadi momok bagi penguasa daerah. 

Itulah ayahnya yang bejat. Namun entah kenapa orang-orang dusta itu hidup mewah, seperti ayah kandungnya ia menjabat jadi walikota di daerah Lail. 

"Dasar kau ayah, kau benar-benar berubah!"


LihatTutupKomentar